Ini Penyebab Banyak Warga Pakai Cadar di Indonesia
Ini Penyebab Banyak Warga Pakai Cadar di Indonesia
Penggunaan cadar atau nikab yang mulai masif di Indonesia semenjak 2015 dinilai sebab maraknya gerakan Islam transnasional.
Ciri gerakan Islam transnasional antara lain memiliki ideologi yang bukan lagi bertumpu pada konsep kenegaraan, melainkan konsentrasi pada konsep ideologi guna kemaslahatan umat.
Direktur Kalijaga Institute for Justice (KIJ) UIN Sunan Kalijaga (Suka), Siti Ruhaini Dzuhayatin, menuliskan gerakan transnasional yang sangat kuat pada 2015 ialah kelompok ISIS. ISIS mengharuskan semua perempuan memakai cadar.
Ia lantas menganalisa kematangan ideologi Islam transnasional dari 1998 sampai 2015 pada kelompok-kelompok transnasionalis yang masuk ke Indonesia sesudah mereka merasakan sosialisasi. "Puncak kematangan kultural dan politiknya [Islam transnasional] terjadi pada tahun tersebut [2015]," katanya dalam seminar Niqab and Public Order in Indonesia di kampus UIN Suka, Jumat (6/12/2019).
Menuruntya terdapat perbedaan dalam pemakaian cadar di Indonesia dengan negara Mesir. Di Mesir, perempuan menggunakan cadar semenjak kecil, sementara di Indonesia pada 2015 dan wanita yang menggunakan cadar usianya 18 tahun ke atas. "Artinya terdapat pilihan individu dalam memakai cadar," kata dia.
Pilihan pribadi memakai cadar sebab mereka menyerap paham hijrah yang menjadi unsur gerakan transnasionalis. Selain tersebut dengan siapa mereka belajar agama pun turut memengaruhi keputusan mengenakan cadar. "Kami menyaksikan di era digital ini yang sangat rajin memenuhi wacana keislaman ialah kelompok transnasional," katanya.
Disinggung soal kaitan cadar dengan radikalisme, ia menuliskan menurut wawancara yang dilaksanakan dengan wanita bercadar, dirinya tidak setuju bakal anggapan tersebut. Meski begitu, bila disaksikan dalam permasalahan kelompok-kelompok radikal, banyak sekali memang mengenakan cadar. "Memang terdapat korelasi dalam urusan tersebut [radikalisme dan cadar]," jelasnya.
Direktur Pusat Studi Alquran UIN Suka, Profesor Abdul Mustaqim, menuliskan kata nikab tidak terdapat di dalam Alquran, urusan itu bertolak belakang dengan jilbab atau khimar. "Di dalam Alquran insan disebut sebagai makhluk sosial, pastinya dalam interaksi membutuhkan kejelasan. Dengan memblokir muka bakal menjadi tidak jelas dengan siapa lawan bicara," katanya.
Berdasarkan keterangan dari dia arti berpakaian dalam Alquran ialah proteksi secara bermunculan dan batin, lalu hiasan pakaian untuk hal keindahan dan guna identitas diri supaya dikenal. Oleh karena tersebut kata dia, wajah idealnya dibuka supaya lebih gampang dikenali orang.
0 Komentar