1. Hijrah
Disadur dari bahasa Arab, hijrah berarti pindah. Secara etimologi hijrah mempunyai makna beralih dari satu titik ke titik beda dengan destinasi kebaikan. Muhammad Asad, Dosen Universitas Hasyim Asyari, Jombang, di Jawa Timur mempunyai pendekatan beda dalam memaknai hijrah.

“Hijrah secara kebiasaan yaitu merubah gaya hidup ke dalam tatanan yang lebih cocok kaidah Islam,” ungkap Asad laksana ditulis dalam jurnal yang diterbitkan oleh Yuniar berjudul Gerakan Hijrah Milenial di Tengah Pusaran Pilpres 2019.

Lebih lanjut hijrah juga tidak sedikit dilakukan oleh masyarakat yang tergolong ruang belajar ekonominya lebih baik.

“Keputusan berhijrah terjadi pada kalangan ruang belajar menengah, terutama mahasiswa sebab berpendidikan dan secara ekonomi lebih kaya dikomparasikan masyarakat desa. Sehingga hijrah terjadi sebab sudah popular di media sosial,” tegas Asad.

Disini pemahaman kaidah yang di gunakan seringkali di transimisi oleh tokoh dominan seperti artis dan ustad. Peran media sosial pun paling dominan, laksana artis yang menyerahkan testimoni evolusi dirinya atau ustad yang dakwah melewati kanal YouTube.



2. Berangkat dari Kekosongan
Berdasarkan keterangan dari Prof. HM Baharun Guru Besar Sosiologi Agama Universitas Negeri Sunan Ampel, Surabaya, hal pendorong hijrahadalah rasa kekosongan meskipun berada di situasi yang menyenangkan.

“Faktor pendorong masyarakat milenial guna hijrah ialah remaja merasa kekosongan jiwa yang memunculkan kejenuhan dan ketidaktenangan walapun kehidupan sarat kesenangan,” kata Baharun laksana ditulis dalam jurnal Raharjo yang berjudul Fenomena Hijrah Pemuda : Membalik Stigma Muslim Milenial.

Baharun pun melafalkan keterbukaan informasi hari ini pun mempermudah pikiran kritis menggali jawaban. “Remaja yang sudah beranggapan kritis, didukung dengan akses informasi keagamaan yang luas mempermudah remaja milenial guna berkembang,” jelas Baharun lebih lanjut.

Hadirnya fasilitas akses informasi digital semakin mempermudah masyarakat menggali jawaban. Bahkan hijrah dianggap membuat hidup tidak sedikit orang lebih santai. Berbenah dan menjalani hidup yang lebih cocok kaidah Islam di tawarkan sebagai jawaban atas jiwa-jiwa yang tidak santuy dalam hidupnya.

Ada pula yang mengalami desakan lain sampai akhirnya menyimpulkan berbenah. Seperti Reza Hardiansyah, yang tergerak belajar membetulkan diri. Hampir selama 1,5 tahun Reza bergulat dengan batinnya hingga desakan hijrah muncul. "Berasa apa ya sulit coiii, ghoib,” kata Reza dalam pesan singkat Whatsapp ketika dihubungi pada 21 November 2019.

Selain tersebut ada pula empiris hidup soal berpulangnya ayah Reza yang menimbulkan sesal sebab bakti yang tidak cukup dia berikan untuk mendiang. Dari sini pula Reza berjuang berbakti guna ayahandanya ia juga belajar doktrin Islam.

“Ada bedanya, lebih tau diri dan tidak sombong, dan kian yakin dengan kekuatan Allah. Enggak mudah dikompor-komporin, walaupun lo seorang minoritas,” tegas Reza.



3. Ekspresi Aktualisasi Diri
Abraham Maslow seorang berpengalaman jiwa dari Amerika Serikat menyatakan dalam bukunya andai manusia memerlukan aktualisasi diri. Dalam konteks ini, kala pribadi mulai masuk kedalam tataran konsep hijrah islami, mereka memerlukan realisasi jalan hidup baru ke dalam dunia nyata. Aktualisasi berhijrah yang cocok kaidah Islam ini diwujudkan dalam format simbol, seperti menjalankan sunnah.

Dengan simbol melekat pada diri yang tampak atau yang terbit dari perilaku dalam interaksi sehari-hari ini tidak melulu sekedar perbuatan seorang muslim yang lebih baik, namun pun ekspresi aktualisasi diri seseorang yang sekarang lebih baik dalam Islam. Aktualisisi ini akhirnya menyusun identitas Muslim yang lebih pada orang-orang yang berhijrah.

4. Kepo yang Kian Kritis
Mereka yang berhijrah ini tidak jarang berangkat dari pertanyaan kritis mengenai “Why I'm feeling hollow” terhadap dirinya. Pertanyaan-pertanyaan ini lantas terjawab dari hijrah.

Dalam perjalanannya, rasa kepo individu-individu yang belajar hijrah ini semakin diusik dengan keingintahuan atas dasar alasan ilmu Islam masing-masing ustad. Forum-forum diskusi kajian keilmuan menjadikan impact pergerakan hijrah semakin masif dengan menyerahkan pemikiran kritis dan terbuka.

Well, sederhananya orang-orang hijrah ini ialah orang yang menggali dan menemukan jawaban atas life questions yang mereka pertanyakan. Menjadi individu yang lebih islami menjadi jawaban yang menciptakan hidup lebih mereka mereka lebih santuy.

Membangun pemahaman pada agama dengan pola pikir kritis dan tersingkap menjadikan yang merasakan hijrah menjadi lebih nyaman dengan apa yang diyakininya.