Perdebatan mengenai ekstremisme dan penindasan dalam Islam terhadap wanita tampaknya tidak pernah berakhir. Media tampaknya terus konsentrasi pada hak-hak perempuan Muslim yang dilanggar dengan mengamanatkan tulisan pakaian yang menciptakan tubuh tertutup di mayoritas negara Muslim. Barang-barang pakaian Islami laksana jilbab dan abaya yang menutupi tubuh dari ujung kepala hingga ujung kaki terus-menerus dipantau oleh aktivis feminin dan juru bicara hak-hak perempuan. Terlepas dari fakta bahwa mayoritas wanita Muslim memilih untuk menggunakan jilbab dan jilbab ini, diskusi tidak pernah berhenti.

Poin yang kelihatannya dilupakan oleh dunia Barat dan penyokong pilihan pro ialah bahwa tidak cukup dari 100 tahun yang lalu, perempuan yang bermukim di negara-negara Eropa dan Amerika pun biasa menggunakan pakaian yang sepenuhnya menutupi mereka dari tenggorokan sampai kaki. Itu dirasakan vulgar dan tidak pantas untuk wanita guna mengekspos tubuh mereka untuk anggota lawan jenis. Jubah panjang dan gaun panjang yang menutupi semua isi pakaian wanita. Di samping gaun ini, tersebut wajib untuk menggunakan celana pas di bawah gaun itu, untuk menangkal sedikit pun penyampaian selama gerakan.



Jadi kenapa para perempuan Muslim diberi tahu bahwa jilbab yang mereka kenakan diciptakan wajib oleh laki-laki yang mendominasi masyarakat Muslim sebagai teknik untuk menindas mereka? Mengapa perempuan barat tidak apa-apa guna mengenakan pakaian yang bisa diterima oleh lelaki di masyarakat mereka, namun seorang perempuan Muslim tidak dapat menutupi dirinya untuk mengasyikkan Allah? Para perempuan memang punya opsi dan mereka memilih untuk menggunakan jilbab dan jilbab dalam tidak sedikit kasus. Mereka memilih pakaian ini sebab mereka ialah cara berpakaian yang tepat yang ditentukan oleh Islam.

Tidak barangkali pakaian dapat menindas atau melepaskan pria atau perempuan mana juga di dunia. Pakaian yang dikenakan melulu melambangkan opsi orang itu dan bagaimana mereka memilih untuk mencerminkan diri mereka untuk dunia. Seorang Muslimah merasa percaya diri dan terbebaskan mengenakan jilbab dan jilbabnya, sebab mereka menandakan iman dan keyakinannya pada Allah dan Nabi Muhammad (SAW). Jilbab-jilbab ini dilafalkan dalam Al-Quran sebagai cara untuk seorang wanita guna berpakaian dan masing-masing wanita Muslim yang memilih guna mengenakannya merasa bangga dan merasa terhormat guna menjadi unsur dari iman.

Jilbab-jilbab ini jelas bukan pertanda represi dan tidak boleh dirasakan demikian oleh dunia Barat. Faktanya, mereka mewakili rasa hormat, harga diri dan nilai yang diserahkan kepada anda oleh Nabi Muhammad (P.B.U.H).