Hijab Khusus Untuk Perawat
Hijab Khusus Untuk Perawat
Perawat mempunyai mobilitas tinggi guna bertemu dan berinteraksi dengan tidak sedikit orang dengan sekian banyak jenis penyakit. Bagi mendorong kegiatan tersebut diperlukan pakaian yang tidak menghambat dan mengganggu kegiatan mereka.
Raudha Ilmi Farid adalahsalah satu mahasiswa Universitas Indonesia (UI) jurusan keperawatan. Dari interaksi dengan senior-seniornya, dia sadar akan kendala yang dirasakan seorang perawat yang berhijab ketika bekerja.
"Aku tidak sedikit berinteraksi dengan senior-senior sebab ada skill mesti ke lokasi tinggal sakit. Meskipun aku sendiri belum turun ke praktik, namun dari interaksi tersebut aku menciduk keresahan senior-senior," ujar dia ketika dihubungi Republika, belum lama ini.
Dalam menjalankan praktik, masing-masing mahasiswa Fakultas Ilmu Keperawatan (FIK) UI diharuskan menggunakan seragam profesi. Seragam ini diciptakan menurut surat keputusan (SK) dari kampus. Dalam pemakaiannya, ada ke luhan bakal aturan hi jab yang dirasa tidak cukup ramah baik untuk pasien maupun perawat yang menggunakan.
Perawat yang meng pakai hi jab sekarang memang bu kan urusan baru. Na mun, aturan dari kampus di rasa tidak cocok dengan prin sip pemakaian hijab syar'i yang menutupi da da. Beberapa lokasi tinggal sakit pun diketahui masih me masang aturan memasukkan hijab ke dalam pakaian. Padahal, ruangan yang dikunjungi bukan ruang operasi.
Kampus beralasan, perawat adalahorang yang akan tidak jarang bertemu dan bersentuhan dengan pasien. Aturan panjang hijab diciptakan untuk meminimalisasi hijab menjadi media kuman atau virus berpindah. Di samping itu, hijab dirasa tidak nyaman dipakai saat akan memakai stetoskop.
Perawat biasanya berjuang menggunakan stetoskop dengan memasukkan dari dalam atau langsung dari segi wajah. Jika melulu bertemu dengan satu pasien, urusan ini tidak masalah. Namun, bertolak belakang ceritanya andai ada lebih dari lima pasien yang mesti dilayani.
"Akhirnya aku sama empat rekan yang lain berjuang mencari teknik untuk menjembatani kendala ini. Jadi, nggak ribet, namun tetap memblokir dada, minimal. Lalu, keluarlah gagasan membuat Hijabners, atau hijab eksklusif perawat," ujarnya.
Hijabners pun hadir dengan dua inovasi utama, yakni meluangkan dua lubang di telinga untuk pemakaian stetoskop. Dengan teknik ini, perawat tidak kesusahan lagi saat memakai alat tersebut.
Hijab pun diciptakan dengan memakai dua lapisan. Pada lapisan per tama ada dua lubang di unsur telinga dan lapisan kedua untuk memblokir lubang tersebut.
Inovasi kedua, yakni pemakaian tali di unsur depan yang dapat ditarik ke bela kang guna me nyingkap hijab. Penggunaan tali ini sama seperti memakai apron ketika ma sak. Peng gunanya lumayan meng ikat ke belakang ketika akan membungkuk meme riksa pasien se hing ga hijab tidak bersentuhan dengan kuman dari pa sien, namun tetap menutupi unsur dada.
Ia menyebut, sebenarnya hijab guna stetoskop ini telah ada di pasar an. Namun, ketika akan diaplikasikan dalam dunia ke perawatan menjadi tidak dapat dipakai sebab ti dak mengisi atur an-aturan yang ada. Hijab-hijab ini dapat digunakan oleh pro fesi kesehatan yang lain laksana dokter yang tidak mempunyai seragam.
"Kita memang konsentrasi membat hijab guna perawat. Kare na, meskipun terdapat yang jual di pasaran, nggak dapat dipakai. Kita terpaku pada SK dari setiap instansi," ujarnya.
Hijabners pun sekarang mempunyai tiga model utama guna hijabnya. Pertama model pasmina instan guna praktik di lapangan, model bergo guna di kampus dan lebih formal, dan segi empat. Kisaran harga yang dipatok dari Rp 80.000 sampai Rp 100.000.
Tahun 2015, kelima mahasiswa UI ini pun mengekor program bisnis UI yang diberi nama Program Mahasiswa Wira usaha (PMW). Proposal diciptakan bersamaan ketika mereka menjalankan mata kuliah ke wirausahaan. Tidak disangka, gagasan mereka lolos dan mendapat dana hibah dari Dikti.
Di program ini, ia menyatakan mendapat banyak pertolongan untuk berkembang. Rau dha sadar, mereka berlima tidak mempunyai latar belakang maupun minat dalam de sain. Karena itu, mereka ditolong untuk magang di sejumlah perusahaan brand hijab di Indonesia. "Kita sempat pun men cari penjahit yang di pasar hingga yang desainer butik guna cari model dan penjahit yang cocok," lanjutnya.
Proses penciptaan prototipe ini dilaku kan selama nyaris satu tahun pada 2017. Satu tahun lantas baru brand hijab ini dapat dipasarkan. Pertama kali Hijabners diluncurkan di acara fakultas, International Symposium and Festival Nursing (Insimfo).
Raudha dan teman-teman kala tersebut meng ambil peran di unsur inovasi praktik ke pe rawatan dan diberi ruang guna mem buka bazar eksklusif Hijabners. Kini, penjualan yang dilaksanakan menggunakan sis tem pre order (PO). Promosi-promosi dila kukan lewat akun-akun media sosial.
Raudha menyebut, hijab ini sebenarnya pemakaiannya tidak melulu untuk perawat saja. Inovasi-inovasi yang terdapat di hijab ini dapat digunakan untuk Muslimah lainnya yang hendak berolahraga atau melakukan kegiatan lainnya sambil memperhatikan musik.
Ke depan, wanita yang sekarang berprofesi sebagai perawat junior di NICU RSUI hendak membuka lowongan untuk teman-teman lainnya untuk menolong proses penciptaan dan pemasaran hijab. Dia pun hendak meningkatkan kualitas maupun model supaya bisa mengakomodasi keperluan Muslimah yang bekerja di bidang kesehatan.
0 Komentar