Khimar Square⁣⁣
▫Hijau Daun⁣
Bahan Wollycrepe⁣⁣
Berbentuk persegi 4⁣⁣
Harga⁣:⁣
M= Rp. 80.000⁣⁣
Size 120 x 120⁣⁣
L = Rp. 90.000⁣⁣
Size 130 x 130⁣⁣

⁣• Bayla Zahwa⁣
▫Hijau Daun⁣
Size M — L⁣
Harga Rp. 295.000⁣
Bahan Wollycrepe⁣
Bukaan depan resleting⁣
Busui friendly⁣
Ada kantong sebelah kanan⁣
Bukaan tangan resleting⁣
Wudhu friendly⁣
Ada kancing dibagian bahu dan tali dibagian pinggang kiri supaya layer abaya pertama dan kedua menyatu⁣

Hijab - Islam & Barat

Tidak terdapat pendekatan seragam guna terminologi pakaian Islami. HIJAB ialah kata Arab, tadinya merujuk pada tirai atau partisi, yang lantas datang guna merujuk pada pakaian Islami secara umum, tetapi kini umumnya secara metonim dikurangi menjadi jilbab.

Dalam sejumlah tahun terakhir, pakaian Islami telah hadir sebagai website taat bentrokan dalam hubungan antara komunitas Muslim dan Negara. Secara khusus, pemakaian jilbab Islami oleh wanita di tempat-tempat umum telah memunculkan pertanyaan mengenai sekularisme, hak-hak wanita dan identitas nasional. Itu selalu disaksikan oleh feminis Barat sebagai penindas dan sebagai simbol pengabdian seorang perempuan Muslim terhadap laki-laki. Akibatnya, tidak jarang mengejutkan untuk para feminis Barat bahwa kerudung sudah menjadi semakin umum di dunia Muslim dan tidak jarang dikenakan dengan bangga oleh semua mahasiswi sebagai simbol identitas Islam, melepaskan mereka secara simbolis dari imperialisme kebiasaan Barat neo-kolonial. dan dominasi. Selama lebih dari dua dekade, wanita Muslim sudah diposisikan di media populer Australia sebagai oposisi terhadap nilai-nilai demokrasi liberal dan kegiatan feminis. Wanita Muslim, seakan-akan tindakan "membuka" entah bagaimana akan menyerahkan "kesetaraan" dan "kebebasan" yang dinikmati perempuan Barat. Sementara 'debat HIJAB' terjadi di sekian banyak  samaran di Perancis, Belanda, Jerman, Inggris, dan di lokasi lain, pertanyaan mengenai gender, ras dan agama mempunyai kebersangkutanan eksklusif di Australia, di mana kombinasi dari peristiwa baru-baru ini sudah menghasilkan perhatian publik dan ilmiah yang belum pernah terjadi sebelumnya. kekerasan seksual, 'perlindungan maskulin', dan ide-ide bangsa. Dengan latar belakang sejarah berikut media populer Australia mengembangkan minat terhadap HIJAB - kerudung tradisional yang dikenakan oleh sejumlah wanita Muslim. Perang Teluk kesatu pada tahun 1991 menandai mula dari simbolisme terselubung di media populer Australia.

Baru-baru ini FIFA menuliskan dalam sepucuk surat untuk Federasi Sepakbola Iran bahwa tim wanita Iran tidak diperbolehkan untuk berpartisipasi dalam pertandingan di Singapura ketika mengenakan HIJAB, atau scarf.
FIFA menuliskan di website webnya bahwa "peralatan pemain tidak boleh membawa pernyataan politik, agama, atau pribadi," dan bahwa "semua item pakaian atau perlengkapan di samping dasar mesti dicek oleh wasit dan bertekad guna tidak berbahaya."

Pada 2007, seorang gadis berusia 11 tahun tidak diperbolehkan bermain di pertandingan sepak bola di Kanada sebab dia mengenakan HIJAB. Asosiasi Sepak Bola Quebec menuliskan larangan HIJAB ialah untuk mengayomi anak-anak dari dicekik tanpa sengaja. Sekretaris jenderal Komite Olimpiade Nasional Iran sudah menyerukan untuk negara-negara Muslim guna memprotes larangan badan sepak bola dunia terhadap jilbab untuk wanita sekitar Pertandingan Olimpiade Pemuda musim panas ini.

Pada 14 Maret 2004, dewan legislatif Prancis menyerahkan suara larangan "simbol agama" di sekolah umum. Undang-undang yang tidak umum ini, yang khususnya menargetkan gadis-gadis muda Muslim, didukung secara luas di Prancis. Setelah empat tahun diberlakukannya undang-undang tersebut, orang tidak bisa mengukur konsekuensinya di kalangan Muslim Prancis. Orang-orang masih mengamati permasalahan ini tanpa pemahaman yang nyata. Muslim Prancis gagal membina strategi dengan suara bulat mengarah ke krisis jilbab. Mereka gagal menciptakan suara mereka terdengar melewati media. Hasil yang normal ialah bahwa manajemen krisis terbukti tidak efektif. Sekarang, sesudah empat tahun diberlakukannya undang-undang anti-jilbab, situasinya terlihat sama.

Media Barat tidak menunjukkan tidak sedikit perempuan barat yang sudah kembali ke Islam, mengadopsi HIJAB, dan senang dengan itu. Dilahirkan, diagungkan dan dididik di barat, mereka mengalami kemerdekaan dan menguras hidup laksana yang mereka inginkan. Kemudian mereka belajar Islam dan kembali. Apa yang Islam berikan untuk mereka bahwa mereka hilang? Itu memenuhi kekosongan dalam jiwa mereka.

Haruskah kita memperhatikan media barat atau perempuan barat yang menerima Islam setelah merasakan apa yang dinamakan kebebasan?

Barat beranggapan bahwa sabuk kemerdekaan dipegang oleh mereka. TIDAK. Islam ialah yang kesatu memberi kemerdekaan pada wanita. Islam memberi perempuan hak guna memilih 1400 tahun yang lalu, di Amerika diserahkan pada mula 1900. Islam menyerahkan hak atas harta warisan 1400 tahun yang lalu, namun di Amerika undang-undang guna pewarisan ditulis ulang pada 1950-an untuk menyerahkan hak warisan untuk perempuan. Seberapa buruk kedudukan wanita di barat? Kami telah menyerahkan hak 1400 tahun yang kemudian bahwa semua wanita barat memiliki mimpi sampai generasi ini. Luar biasa.

Negara mesti menciptakan undang-undang dan kami mematuhinya, namun mereka tidak mempunyai hak guna memberi tahu kami apa yang mesti digunakan dan bagaimana teknik memakai, ini ialah kebebasan kami. Jilbab tidak membangkang barat, jilbab membangkang imperialisme. Ada perbedaan antara barat dan imperialisme. Barat ialah budaya dan tersebut seperti kemajuan sama seperti kebiasaan atau kemajuan lainnya. Imperialisme ialah ketika barat mengupayakan memberi tahu dunia bahwa kita ialah standar dan seluruh orang ialah etnis.